Sejarah Dan Evolusi Game Winning Eleven PES
Berbicara tentang game paling populer tahun 2000, beberapa orang akan mengatakan bahwa Winning Eleven adalah game paling populer tahun itu. Winning Eleven adalah game simulasi sepak bola yang tersedia di konsol PS1 dan PS2.
Game ini sangat populer di kalangan anak rental PS tahun itu, selain sepak bola adalah game favoritnya, game ini bisa dimainkan oleh dua orang sehingga tidak ada konflik antara joystick dan rental PS.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Tentang PepsiMan
1. Roberto Carlos
Roberto Carlos adalah juara terkuat kesebelas meskipun berkarier kidal. Pemain bertubuh kecil ini bisa berlari kencang dan memiliki tendangan bebas yang bisa turun. Aturan tidak tertulis dari 11 kemenangan beruntun itu adalah mereka tidak bisa mengubah status Roberto Carlos sebagai striker. Kombinasi Roberto Carlos dengan bola dan kecepatan membuat gol mencapai 100% mungkin. Aturan ketat: Tidak ada anggota Roberto Carlos di dalamnya!
2. Adriano dan Tendangan Gledeknya
Selain Roberto Carlos, Adriano juga merupakan pemain yang meraih 11 gelar luar biasa.
Tanpa diedit, daya tembak Adriano adalah 99, skor tertinggi untuk kemampuan pemain mana pun. Dengan skill terbaiknya, tembakan pemain Brasil itu mengirim kiper lawan ke dalam kotak penalti.
Masih kurang? Adriano memiliki balance 98 yang membuatnya tidak bisa bereaksi meski dua bek menjaganya. Lebih baik berhenti jika Anda memiliki Adriano di kamp musuh Anda.
3. Kazuki Ito, Wasit Terkejam
Kazuki Ito merupakan salah satu juri dari Winning Eleven yang terkenal dengan kesedihannya.
Para pemain Winning Eleven kesulitan mengelak dari wasit karena kartu merah Kazuki Ito. Masalah utamanya adalah kartu merah muncul untuk segala macam hal.
Jika Anda menekan tombol O sembarangan untuk mengalahkan lawan, Anda akan mendapatkan kartu merah. Namun jika hati-hati menghadang serangan lawan dan memastikannya lumayan, karena pelanggaran Kazuki Ito tetap pelanggaran. Anda selalu mendapat kartu merah.
4. ‘Shutooo’, ‘Gor Gor Gor Gorr’, dan ‘Wan Chu”
Jon Kabira adalah penyiar terkenal di Jepang dan komentator untuk game Winning Eleven.
Dengan suaranya yang berbahasa Jepang, Jon Kabira membuat komentar ala commentary untuk game Winning Eleven. Salah satunya adalah “shutooo” untuk tarian yang keras tapi tidak perlu.
Selain ‘menembak’, ada ‘gor gor gorr’ untuk gol yang tercipta, dan ‘wan chu’ jika tim melakukan urutan satu-dua sentuhan. Beberapa kata lain sering terdengar seperti Bahasa Indonesia, sehingga menjadi meme.
Kedengarannya hampa ketika 11 kemenangan beruntun dimainkan tanpa komentator saat ini Jon Kabira. Suara unik inilah yang membuat para pemain lama ingin memenangkan sebelas.
5. ‘Wancu’, Teknik Merusak Pertemanan
Teknik yang dimaksud adalah ‘one-two pass’ atau umpan satu-dua sentuhan untuk mengecoh pertahanan lawan. Entah karena komentator yang pengucapannya kurang jelas atau pendengaran anak rental PS yang kurang baik, teknik ini lebih dikenal dengan nama ‘wancu’.
Teknik ini mudah dengan menekan tombol L1+X, yang sulit adalah mengatasinya. Hal ini dikarenakan masih kakunya gameplay dari Winning Eleven sehingga kita tidak leluasa menggerakkan pemain untuk membendung serangan ‘wancu’ ini.
Teknik ini juga dikenal sering merusak pertemanan. Jangan heran jika di rental PS ada dua bocah yang datang bersamaan, setelah bermain Winning Eleven pulangnya sendiri-sendiri.
Nah itulah tadi beberapa detail menarik tentang video game winning eleven yang hadir untuk PlayStation 1 pada tahun 1999. Bagaimana menurut kalian tentang artikel di atas?